Akuntansi modern selama ini selalu didasarkan pada kepentingan self interest rasional, hanya berpikir untuk kepentingan diri sendiri, tampa berpikir tentang cinta yang lebih luas, Cinta yang utama adalah untuk diri sendiri, sedangkan cinta untuk orang lain akan diperhitungkan ketika dirinya mendapatkan manfaat. Motivasi dan tujuan dari cinta egoistis, menurut Mulawarman (2006b; 2006c), mewujud dalam bentuk kepentingan “shareholders” dan “market” (cinta diri sendiri), ini akhirnya menciptakanhegemoni korporasi (manfaat). Cinta disini hanyalah cinta seperti pada lagu Love Story yang merupakan “A story about eternal theme in a human kind of all civilizations. A story about relationship with love”. atau juga bukan cinta seperti lagu Don’t Tell Me Stories yang merupakan cerita mengenai “betrayal oh relationship”.
I wonder what when wrong without love
I can’t forget all the LAUGH we share together
don’t tell me stories, you know that i love you
don’t let it be over don’t heart me again
Akuntansi dengan demikian perlu membebaskan dirinya dari jaring-jaring cinta egois. Cinta seperti digambarkan Kantata Takwa sebagai bagian pembebasan diri dari ketidakadilan dan ketertindasan. Berikut lirik lagunya:
Kalau CINTA sudah dibuang… jangan harap keadilan akan datang
Kesedihan hanya tontonan… bagi mereka yang doperbudak jabatan
Oo ya o ya o ya bongkar… oo ya o ya o ya bongkar…
Sabar, sabar, sabar, dan tunggu… itu jawaban yang kami terima
Ternyata kita harus ke jalan… robohkan setan yang berdiri mengangkang
Oo ya o ya o ya bongkar… oo ya o ya o ya bongkar…
Penindasan… serta kesewenang-wenangan
Banyak lagi… teramat banyak untuk disebutkan
Hoi hentikan… hentikan janga diteruskan
Kami muak… dengan ketidakpastian dan keserakahan
Di jalanan… kami sandarkan cita-cita
Sebab di rumah… tak ada lagi yang bisa dipercaya
Orang tua… pandanglah kami sebagai manusia
Kami bertanya… tolong kau jawab dengan CINTA… ooo
(Kantata Takwa, Bongkar)
Pembebasan ketidakadilan dan ketertindasan dari kejumudan akuntansi yang terlalu didominasi oleh kekuasaan akuntansi (akuntansi modern). Jalan satu-satunya melepaskan diri dari kesewenang-wenangan akuntansi modern (orang tua dalam konteks Kantata Takwa, adalah melakukan pembongkaran kemapanan kekuasaan. Akuntansi modern penuh dengan ketidakpastian (uncertainty) dan keserakahan (semua diukur dengan kepentingan laba). Pada akhirnya akuntansi diarahkan untuk self interest melalui power dan politics, serta tidak mau mengakomodasi kebebasan berekspresi dari pemikiran “baru”. Jelas disini diperlukan realisasi cita-cita baru, perubahan di luar “rumah” (akuntansi modern) yang tak bisa dipercaya.
Cinta menurut Mulawarman (2006b) adalah landasan utama segala sesuatu termasuk akuntansi. Inti iman sebenarnya adalah cinta. Cinta juga sebenarnya merupakan unsur utama dari fungsi manusia sebagai abd’ Allah. Ibn Taimiyah sebagaimana dikutip basyir (2001, 11) memberikan pengertian ibadah sebagai ketundukan mutlak kepada Allah disertai cinta sepenuhnya kepada-Nya. Dari pengertian ibadah tersebut muncul dua unsur penting dari konsep ibadah, yaitu ketundukan dan cinta. Unsur pertama yaitu ketundukan. Ketundukan berkenaan dengan kewajiban melaksanakan aturan-aturan Allah baik berupa perintah maupun larangan. Manusia belum menjalankan ibadah apabila tidak tunduk kepada perintah-Nya, meskipun ia mengakui bahwa Allah adalah pencipta dan yang memberi rizqi kepadanya. Unsur kedua adalah cinta kepada Allah. Ketundukan menjalankan perintah Allah haruslah timbul dari hati yang penuh cinta kepada Allah. Cinta kepada Allah adalah cinta utama. Tidak ada kecintaan yang paling tinggi selain cinta kepada Allah. Implementasi ketundukan untuk menjalankan perintah dan aturan Allah hanya dapat dilakukan dengan ikhlas dan penuh kesadaran apabila memang manusia mengetahui bahwa dirinya benar-benar mencintai Allah.
Iqbal (2002, 10-11) melihat cinta Ilahiah sebagai alat untu menemui Allah. Cinta dalam bahasa Al-Quran adalah “orang-orang yang beriman sangat dalam kecintaan mereka kepada Allah”. Bahkan Rasulullah mengungkapkan “orang-orang yang benar-benar beriman ketika aku dan Allah yang paling dicintai bagimu”. Tingkat awal dari cinta yaitu merasakan pesona dan pada tingkat yang lebih tinggi adalah kerinduan tak pernah padam kepada Yang Dicinta. Tingkat cinta tertinggi hanya dapat dicapai oleh Rasulullah karena beliau dianugerahi dengan tingkat cinta tertinggi. Uswah (contoh) Rasulullah harus memacu kita untuk meraih cinta sejati seperti cita Rasulullah kepada Allah.
Mulawarman (2006b) menjelaskan bahwa perkembangan spiritiual seseorang adalah proses pencerahan terus menerus dengan selalu mengharapkan cinta Allah (Mahabbatullah) untuk menuju puncak kesadaran dan kesempurnaan spiritual. Inilah tazkiyah yaitu “hakokat proses menuju cinta”, proses kesadaran insaniyah dari hewani menuju kesadaran Ilahiah.
Akuntansi dengan cinta tidak lagi bersifat “lips-service” tetapi lebih bersifat aksiologis-etis-religius. Artinya, akuntansi yang dibangin adalah akuntansi berbasis cinta dan moralitas serta mengarah pada nilai-nilai religius. Cinta hakiki adalah cinta akhlaq istana dari sifat raja, yaitu cinta dalam arti hakikat. Seperti lantunan cinta sifat raja oleh grup musik Debu:
Cinta tak cuma sarana
Bukanlah PERMAINAN saja
Adalah akhlak Istana
Cinta sifat raja
Cinta hakiki diperlukan sebagai tujuan dalam akuntansi. Cinta dalam akuntansi bukan hanya cinta materi. Cinta yang dibutuhkan dalam akuntansi adalah truly love, hyperlove, cinta melampaui. Cinta melampaui merupakan bentuk pemahaman utuh tentang hubungan mesra, kesabaran, saling percaya dan kejujuran, serta menghilangkan kecurigaan, pengkhianatan dan bersifat religius.